PENILAIAN KINERJA OPERASIONAL KAPAL DENGAN PEMILIHAN 'THE BEST KEY PERFORMANCE' MENGGUNAKAN KEY PERFORMANCE INDICATOR DAN METODE ANALISIS JARINGAN DI PT LINTAS SAMUDERA BORNEO LINE ( KP.13.15.18.13 )

Muflih Alfian, Muhammad (2018) PENILAIAN KINERJA OPERASIONAL KAPAL DENGAN PEMILIHAN 'THE BEST KEY PERFORMANCE' MENGGUNAKAN KEY PERFORMANCE INDICATOR DAN METODE ANALISIS JARINGAN DI PT LINTAS SAMUDERA BORNEO LINE ( KP.13.15.18.13 ). [Experiment]

[img] Text
bab III.pdf

Download (332kB)

Abstract

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisis hasil mengenai kinerja kapal yang ada di PT Lintas Samudera Borneo Line, Banjarmasin. Dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Proses operasional kapal yang terjadi berdasarkan aktivitas-aktivitas kapal dalam pengiriman curah cair dari mulai standby point, loading port, discharge port sampai ke standby point kembali adalah antara lain: Proses operasioal dari kegiatan pengiriman barang curah cair di PT Lintas Samudera Borneo Line, Banjarmasin untuk menggambarkan alur kegiatan operasional kapal dari standby point, loading di loading port, unloading di discharge port dan kembali lagi ke standby point. Metode PERT-CPM digunakan untuk mengetahui kegiatan apa saja yang termasuk kedalam jalur kritis dari operasional kapal, yaitu kegiatan apa saja yang harus diprioritaskan untuk dikerjakan terlebih dahulu dan juga kegiatan yang harus di control agar sesuai dengan plan atau waktu standard yang sudah VI-2 Tabel 6.3 Aktivitas Kapal diberikan oleh pihak manajemen agar tidak menghambat kegiatan lainnya serta menambah biaya operasional juga demurrage. 2. Menggunakan Aplikasi QM for Windows dan pengerjaan manual dalam pembuatan diagram kerja atau network diagram agar bisa tersusun aktifitas-aktifitas yang saling berurutan dengan aktifitas yang terdapat predecessor dan aktifitas sesudahnya. Setelah dilakukan pengolahan melalui aplikasi dan juga pengolahan manual maka didapatkan jalur kritis dari aktifitas operasional kapal dalam melakukan pengiriman adalah antara lain. Kegiatan-kegiatan yang mempunyai jalur kritis seperti pada tabel diatas harus diperhatikan oleh pihak crew kapal dan juga manajemen dalam controlling dan monitoring dengan tepat dan teliti. Kegiatan diatas disebut jalur kritis karena tidak mempunyai waktu senggang atau dengan 0 slack. Evaluasi diperlukan terhadap semua kegiatan dan aktifitas di jalur kritis tersebut dari mulai perencanaan, pelaksanaan, pengaturan, pengecekan sampai kepada setelah aktifitas tersebut selesai. Tujuannya agar tidak menambah beban anggaran dan juga kerugian lain bagi Perusahaan. VI-3 Untuk yang tidak menjadi jalur kritis atau kegiatan yeng mempunyai waktu slack adalah antara lain: 1. D-E-G-I (drop anchor loading-disconnect assist- Hose Con. Loading-commence loading) 2. L-M-O (calculation&sounding loading-standby engine-Doc. On Board) 3. Z-AB-AC (commence discharge- stop discharge – hose. Dis. Discharge) 4. AD-AF-AG (calc.&sounding discharge-cast off disch-full away disch) Kegiatan yang tidak mempunyai jalur kritis diharapkan menjadi aktifitas yang bisa dimanfaatkan slack nya untuk bisa menjadi pilihan dalam waktu cadangan yang bisa ditimbulkan. Tujuannya agar bisa menjadi penolong bagi kegiatan atau aktifitas yang mempunyai waktu yang over dari plan. 3. Dalam pengolahan data dan analisis dari pengolahan telah didapatkan The Best Vessel Performance yang berhak mendapatkan reward dari perusahaan berupa uang dan piagam. Dengan tujuan untuk menjaga dan mempertahankan kinerja atau performa dan bisa meningkatkan kinerja tersebut untuk bulan dan tahun selanjutnya. The best vessel performance dibagi menjadi 3 jenis kapal yaitu kapal SPOB/MT, Oil barge, dan Tug Boat. Berikut adalah kapal-kapal yang menjadi the best vessel performance: a. SPOB/MT : MT. Fery VII dengan nilai 3,43 b. Oil Barge : OB. Famida dengan nilai 4,43 c. Tug Boat : TB. Lintas XXI dengan nilai 4,67 Kapal-kapal dengan predikat the best vessel performance dari setiap jenis kapal akan mendapatkan penghargaan dari pihak manajemen Puninar Logistics Group dan PT Lintas Samudera Borneo Line berupa piagam dan VI-4 uang Rp. 30 Juta untuk SPOB/MT, Rp. 20 Juta untuk Tugboat dan Rp. 10 Juta untuk Oil Barge. 4. Dalam pengolahan data dan analisis dari pengolahan telah didapatkan The Bad Vessel Performance yang harus menjadi concern dan pengerjaan outstanding segala terperinci dan juga harus segera diselesaikan. Dengan tujuan untuk diadakannya evaluasi menyeluruh dalam menghilangkan dan meperbaiki aktifitas operasional kapal yang melebihi atau dibawah standard yang telah ditentukan oleh manajemen PT Lintas Samudera Borneo Line. Juga agar tidak menjadi beban dan masalah yang bisa merugikan Perusahaan. The bad vessel performance dibagi menjadi 3 jenis kapal yaitu kapal SPOB/MT, Oil barge, dan Tug Boat. Berikut adalah kapal-kapal yang menjadi the best vessel performance: d. SPOB/MT : MT. Fery XVI dengan nilai 2,17 e. Oil Barge : OB. Jamborata dengan nilai 1,42 f. Tug Boat : TB. SADP XXX dengan nilai 2,40 Kapal-kapal dengan predikat the bad vessel performance dari setiap jenis kapal akan dilakukan evaluasi menyeluruh setelah penelitian ini. Evaluasi menyeluruh tersebut dipimpin oleh General Manager PT. Lintas Samudera Borneo Line beserta para karyawan didarat dalam hal ini bagian manejerial yang menyangkut indikator-indikator dalam penelitian. Evaluasi dilakukan menyeluruh agar bisa menghilangkan apa yang menjadi outstanding serta menghilangkan outstanding dan indikator yang jauh dibawah standard yang sudah ditetapkan. VI-5 5. Cara menentukan kapal dari operasional kapal yang dianggap harus dilakukan evaluasi dan preventive correction dari penilitian penilaian kinerja kapal adalah seperti berikut. 1. Melakukan penilaian melalui pembobotan yang dilakukan berdasarkan kinerja kapal dari ke 6 indikator yaitu cycle time, fuel consumption, cargo loss, 5R, safety, dan cost of maintenance. Penilaian dilakukan di semua kapal setiap bulan dan setiap shipment selama 6 bulan atau 1 semester pertama di tahun 2018. 2. Mendapatkan skor akhir atau nilai kapal yang menentukkan performa dari setiap kapal. 3. Melakukan break down dari performa kapal agar bisa dilihat apa saja yang menjadi kekurangan dan harus menjadi concern kedepannya yang dilakukan bad performance vessel. Contohnya adalah seperti berikut: a. Kapal MT. Fery XVI yang mempunyai predikat SPOB/MT buruk dalam hal kinerja dengan skor 2,17 menunjukkan bahwa skor tersebut dihimpun dari indikator-indikator tersebut yang dapat disimpulkan mempunyai nilai cycle time ,cargo loss dan cost of maintenance yang sangat rendah serta nilai fuel consumption dengan nilai minus yang berarti sering kali melewati batas pemakaian fuel. Untuk itu dilakukan evaluasi dari nilai-nilai indikator yang rendah b. Kapal OB. Jamborata yang mempunyai predikat oil barge buruk dalam hal kinerja dengan skor 1,42 menunjukkan bahwa skor tersebut dihimpun dari indikator-indikator tersebut yang dapat disimpulkan mempunyai nilai dengan cycle time yang sangat rendah serta cost of maintenance dengan nilai sangat rendah karena melewati budget yang telah ditentukan Untuk itu dilakukan evaluasi dari nilai-nilai indikator yang rendah tersebut c. Kapal TB. SADP XXX yang mempunyai predikat tug biat buruk dalam hal kinerja dengan skor 2,40 dengan nilai cycle time ,cargo VI-6 loss , fuel consumption yang sangat rendah bahkan nilai fuel consumption dengan nilai minus yang berarti sering kali melewati batas pemakaian fuel. Untuk itu dilakukan evaluasi dari nilai-nilai indikator yang rendah tersebut 4. Melakukan evaluasi jalur kritis dari hasil network diagram, evaluasi ini dilakukan untuk menganalisa kegiatan operasional kapal dalam melakukan pengiriman angkutan curah cair agar sesuai dengan standard yang telah ditentukan dan juga tidak menjadi beban dan kerugian bagi perusahaan karena jika lebih atau dibawah dari standard dalam faktor yang buruk, maka akan menurunkan keuntungan bagi Perusahaan. Contohnya saja ketika waktu sailing time statusnya over, maka akan mendapatkan kerugian seperti menambahnya biaya BBM dan juga biaya demurrage yang didapatkan. 6.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka saran dalam laporan kerja praktik ini adalah : a. Berdasarkan hasil penelitian pada laporan kerja praktik di PT Lintas Samudera Borneo Line, Perusahaan dapat melmberikan reward & evaluation kepada best & worst vessel performance dari nilai yang sudah didapatkan dari pengolahan 6 indikator yang menjadi concern bagi bisnis proses Perusahaan. b. Pada laporan kerja praktik ini peneliti tidak melakukan penilaian dan pengolahan breakdown dari nilai setiap indikator yang sudah di dapatkan. Maka dari itu untuk pengembangan selanjutnya diharapkan dapat menambahkan penilaian dan pengolahan breakdown pada semua indikator agar para crew dapat teliti dalam menjaga standard yang sudah ditetapkan, dan juga Perusahaan mendapatkan data yang rinci dari apa saja dan berapa besar kerugian yang timbul bagi perusahaan.

Item Type: Experiment
Subjects: H Social Sciences > HE Transportation and Communications
Depositing User: Unnamed user with email [email protected]
Date Deposited: 23 Jun 2022 03:27
Last Modified: 23 Jun 2022 03:27
URI: http://eprint.ulbi.ac.id/id/eprint/1259

Actions (login required)

View Item View Item